Sejarah dan Watak Tembang Macapat


Tembang macapat adalah karya sastra Jawa yang berbentuk puisi tradisional yang merupakan karya leluhur warisan budaya bangsa Indonesia. Selain di Jawa, tembang sejenis macapat juga ditemukan di daerah lain di Indonesia seperti di Bali dan di Sunda. Sejarah asal mula tembang macapat sampai saat ini masih ditelusuri oleh para ahli sastra dan budaya Jawa.
Ada yang berpendapat tembang macapat diciptakan oleh Prabu Dewawasesa atau Prabu Banjaran Sari di Sigaluh pada tahun tahun 1279 Masehi. Pendapat lain mengatakan bahwa macapat tidak hanya diciptakan oleh satu orang, tetapi oleh beberapa orang wali dan bangsawan. Para pencipta itu antara lain adalah Sunan Giri Kedaton, Sunan Giri Prapen, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, Sunan Muryapada, Sunan Kali Jaga, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Geseng, Sunan Majagung, Sultan Pajang, Sultan Adi Eru Cakra, dan Adipati Nata Praja.
Pada zaman ajaran Islam masuk ke tanah Jawa, para Wali Sanga menggunakan tembang macapat sebagai media dakwah dalam mengembangkan agama Islam di Pulau Jawa. Syair-syair yang terkandung di dalam tembang macapat banyak menyiratkan nilai-nilai yang diajarkan dalam Alquran. Sebagai contoh dalam Al Quran terdapat ayat yang berbunyi Kullu nafsin dzaaiqotul maut ‘setiap jiwa pasti akan mati’ yang dituangkan dalam macapat megatruh yang berarti berpisahnya antara ruh dan tubuh manusia. Dalam tembang macapat megatruh yang bermakna kematian, banyak disampaikan pesan agar setiap orang selalu berbuat amal kebaikan sebagai bekal kehidupan di akhirat nanti.

Pernahkah kalian mendengarkan orang membaca atau mendendangkan tembang macapat?
Biasanya macapat disenandungkan dengan nada-nada tertentu yang dirumuskan dalam beberapa aturan baku kesusasteraan Jawa.
Dalam tembang macapat terdapat aturan lagu yang berkaitan dengan watak isi tembang yang didendangkan.Setiap tembang mempunyai watak (karakteristik) yang berbeda dari jenis tembang yang lain. Misalnya, tembang asmarandana, tembang ini memiliki watak sedih, rindu, dan mesra sehingga apabila membacakan tembang itu, kita harus menggunakan nada yang sesuai dengan suasana yang terdapat dalam isinya. Oleh karena itu, pembaca tembang macapat harus mengerti watak tiap-tiap jenis
tembang macapat agar dapat mendendangkannya sesuai dengan isinya. Irama yang digunakan dalam membacakan tembang turut menentukan nilai keindahan tembang tersebut.

Sumber Buku Macapat Penulis Zahra

Comments

Popular Posts